SEJARAH DAN BUDAYA SANGATTA, KUTAI TIMUR
Sangatta, Kabupaten Kutai Timur
Kota Sangatta terletak di kabupaten kecil yaitu Kabupaten Kutai Timur
Kalimantan Timur. Kota dengan penghasil batu bara terbesar di Asia
Tenggara ini memiliki banyak suku dari berbagai nusantara seperti
Jawa,Bugis,Banjar,Toraja,Sunda, Minang dan kutai itu sendiri.
ASAL USUL NAMA SANGATTA
Dalam sejarah masyarakat Kutai Timur tidak dapat dipisahkan dari
pengaruh sejarah perkembangan Kerajaan Kutai Kartanegara, Berdasarkan
tradisi lisan masyarakat, istilah Sangatta pernah disebut dalam cerita
Aji Pao, Aji Pao adalah bangsawan Kutai yang berasal dari suku Bugis dan
mendapat gelar kehormat "Aji" dari Sultan Kutai. Selain mendapat gelar
juga mendapatkan wilayah yang dapat dipergunakan untuk lahan pertanian,
perburuan, dan sekaligus tempat permukiman beserta pengikut-pengikutnya.
Menurut legenda, Aji Pao memiliki etos kerja yang tinggi dan pantang
menyerah, tokoh yang berwawasan luas dan berkeinginan untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang didasari asas kekeluargaan, kebersamaan
dan kegotongroyongan,
Menurut cerita rakyat, dalam perjalanan menuju
wilayah yang diberikan oleh Raja Kutai, Aji Pao beserta pengawal dan
pengikutnya menemukan aliran sungai yang dihuni oleh makhluk halus yang
disebut atau digelari SANG. Ditempat tersebut terdapat tiga makhluk
halus atau tiga SANG, yaitu SANG ATTAK sebagai penjaga anak sungai
api-api, SANG KIMA yang menjaga anak aliran sungai Sangatta yang
bercabang menjadi dua, dan SANG ANTAN yang juga menjaga sungai api-api
yang sekarang disebut Sungai Santan.
KEBUDAYAAN
SENI TARI SUKU DAYAK DAN KUTAI
Tari Hudoq
Tari
Hudoq boleh dikatakan hampir dimiliki oleh semua suku Dayak yang ada di
Kalimantan, tari tersebut biasanya dilakukan pada saat upacara adat,
hiburan, bersih-bersih kampung maupun untuk pengobatan. Khusus di daerah
suku Dayak Wehea di Kutai Timur tari Hudoq ini adalah tarian jin yang
selalu dimainkan sebagai bagian dari upacara adat Lom Plai. Masyarakat
Wehea meyakini bahwa ketika tari ini dimainkan mereka sedang memanggil
jin untuk keluar dari tanah, air dan langit untuk membantu masyarakat
Wehea. Mereka percaya dengan menarikan Hudoq akan menyembuhkan mereka
yang tengah sakit dan sekaligus merupakan ritual untuk mengundang dewa
padi agar memberkati panen yang akan datang sehingga hasilnya akan
melimpah. Ketika menari para penari Hudoq menggunakan topeng dan kostum
yang terbuat dari daun pohon pisang
Tari Gantar
Tari Gantar menceriterakan tentang orang yang sedang menanam padi,
tarian ini menggunakan properti tongkat yang gunanya sebagai penumbuk
padi dan sebilah bambu yang berisi kacang-kacangan sehingga apabila
digerak-gerakkan akan mengeluarkan bunyi-bunyian yang menggambarkan
benih padi. Tarian ini biasanya ditarikan dalam penyambutan tamu maupun
acara-acara lainnya
Tari Kancet Papatai
Tari Kancet Papatai ini adalah tarian perang yang menceriterakan
tentang seorang ksatria Dayak Kenyah yang berperang melawan musuhnya.
Gerakan-gerakan tarian Kancet ini sangat dinamis dan aktraktif terkadang
ditimplai oleh pekikan atau teriakan-teriakan sebagai penambah semangat
kepada rekan-rekannya. Penari Kancet ini adalah laki-laki dewasa dengan
menggunakan kostum suku Dayak dengan berbagai aksesoris, ditambah
dengan sebilah parang atau mandau dan perisai, tarian ini diiringi lagu
dengan judul Sak Paku
Tari Kancet Ledo
Tari Kancet Ledo merupakan kebalikan dari tari Kancet Papatai, tari ini
dilakukan oleh wanita menggambarkan keanggunan dan lemah lembutnya
seorang perempuan bagaikan padi yang tertiup oleh angin. Tarian ini
menggunakan pakaian suku Dayak Kenyah dengan menggunakan aksesoris bulu
ekor burung Enggang yang disematkan di kedua tangannya, keunikan dari
tarian ini adalah terkadang menggunakan gong yang besar kemudian salah
satu penari menari diatas gong tersebut, sehingga kadang tari ini
disebut juga sebagai tari Gong.
Tari Kancet Lasan
Tari
Kancet Lasan menceriterakan tentang kehidupan seekor burung Enggang
yang diagungkan oleh Suku Dayak Kenyah karena burung Enggang dianggap
sebagai lambang keagungan dan kepahlawanan. Tari ini dibawakan secara
tunggal oleh Suku Dayak Kenyah yang gerakan dan posisi tarian Kancet
Ledo, namun si penari ini tindak menggunakan bulu burung Enggang dan
Gong. Bentuk tarian ini penarinya lebih banyak menggunakan posisi
jongkok atau duduk dengan posisi lutut menyentuh lantai. tarian ini
lebih menekankan gerak-gerak burung Enggang ketika terbang dan dan
hinggap di dahan pohon
Tari Leleng
Tari Leleng ini biasanya ditarikan oleh suku Dayak Kenyah dengan
diiringi oleh alat musik Sape' dan nyanyian dengan judul Leleng,
sinopsis Tari Leleng menceriterakan tentang kisah asmara seorang gadis
yang bernama Utan Along, namun asmara ini ditentang oleh kedua orang
tuanya yang justru ingin anaknya menikah dengan pilihan mereka. Karena
merasa tidak mencintai pilihan orangtuanya akhirnya sang gadis melarikan
diri masuk ke hutan.
Dari
semua tarian itu, tarian leleng paling sering dipentaskan pada
acara-acara besar di Sangatta atau pun hari besar nasional. Tidak jarang
tarian itu dipentaskan oleh siswa SMP dan SMA.
MAKANAN KHAS SANGATTA KUTAI TIMUR
GENCE RUAN
Namanya
mungkin terdengar asing di telinga kita. Namun, Gence Ruan, menjadi
hidangan favorit yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur.
Bahan utama dari masakan ini adalah ikan gabus atau yang dikenal dengan
ikan haruan.
Ikan gabus utuh tersebut dilumuri dengan garam sebelum
dibakar. Setelah dibakar, ikan gabus disiram dengan tumisan bumbu dari
rempah - rempah berupa bawang merah, bawang putih, cabe merah, air asam
jawa, dan bumbu lainnya.
CIRI KHAS SANGATTA KUTAI TIMUR
MANDAU
Merupakan
senjata tajam sejenis parang yang berasal dari kebudayaan yang dimiliki
oleh semua suku Dayak yang ada di pulau Kalimantan, termasuk suku Dayak
yang ada di Malaysia. Mandau sudah merupakan salah satu senjata
tradisional khas Indonesia. Mandau suku Dayak memiliki ciri khas yang
berbeda dengan senjata tradisional lainnya. Berbeda dengan parang,
mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam.
Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup
dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau.
Mandau berasal dari asal kata "Man" salah satu suku di china bagian selatan dan "dao" yang berarti golok dalam bahasa china.
Suku Dayak dengan senjata Mandaunya terkenal kejam dan ahli dalam
peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain yang datang
ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa Austronesia,
karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa yang datang ke
pulau kalimantan, Pedang mandau menjadi terkenal dengan bilah senjatanya
yang tajam dan digunakan untuk memenggal kepala musuh-musuhnya (adat
Pengayauan suku Dayak) hingga para bangsa lainnya tidak berani memasuki
daerah mereka. Hingga sampai dengan sekarang Mandau menjadi sebutan nama
sebuah senjata adat asli Pulau Kalimantan.
KUMPANG
Kumpang
adalah sarung bilah mandau. Kumpang terbuat dari kayu, dilapisi tanduk
rusa, dan lazimnya dihias dengan ukiran. Pada kumpang mandau diberi
tempuser undang, yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uei (rotan).
Selain itu pada kumpang terikat pula semacam kantong yang terbuat dari
kulit kayu berisi pisau penyerut dan kayu gading yang diyakini dapat
menolak binatang buas. Mandau yang tersarungkan dalam kumpang biasanya
diikatkan di pinggang dengan jalinan rotan
AMBANG
Ambang adalah
sebutan bagi mandau yang terbuat dari besi biasa. Sering dijadikan
cinderamata. Orang awam atau orang yang tidak terbiasa melihat atau pun
memegang mandau akan sulit untuk membedakan antara mandau dengan ambang
karena jika dilihat secara kasat mata memang keduanya hampir sama.
Tetapi, keduanya sangatlah berbeda. Namun jika kita melihatnya dengan
lebih detail maka akan terlihat perbedaan yang sangat mencolok, yaitu
pada mandau terdapat ukiran atau bertatahkan emas, tembaga, atau perak
dan mandau lebih kuat serta lentur, karena mandau terbuat dari batu
gunung yang mengandung besi dan diolah oleh seorang ahli. Sedangkan
ambang hanya terbuat dari besi biasa.
BAHAN BAKU DAN HARGA
Menurut literatur, bahan baku mandau adalah besi. Besi ini bersifat
lentur sehingga mudah dibengkokan. Mandau asli harganya dimulai dari Rp.
1 juta rupiah. Mandau asli yang berusia tua dan memiliki besi yang kuat
bisa mencapai harga Rp. 20 juta rupiah per bilah. Bahan baku pembuatan
mandau biasa dapat juga menggunakan besi per mobil, bilah gergaji mesin,
cakram kendaraan dan besi batang lain. Piranti kerja yang digunakan
terutama adalah palu, betel, dan sebasang besi runcing guna melubangi
mandau untuk hiasan. Juga digunakan penghembus udara bertenaga listrik
untuk membarakan nyala limbah kayu ulin yang dipakainya untuk memanasi
besi. Kayu ulin dipilih karena mampu menghasilkan panas lebih tinggi
dibandingkan kayu lainnya.
Mandau untuk cideramata biasanya
bergagang kayu, harganya berkisar Rp. 50.000 hingga Rp. 300.000
tergantung dari besi yang digunakan. Mandau asli mempunyai penyang,
penyang adalah kumpulan-kumpulan ilmu suku dayak yang didapat dari hasil
bertapa atau petunjuk lelulur yang digunakan untuk berperang. Penyang
akan membuat orang yang memegang mandau sakti, kuat dan kebal dalam
menghadapi musuh. mandau dan penyang adalah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan turun temurun dari leluhur.
Sumber: http://budayakutim24.blogspot.co.id/2013/05/seni-tari-suku-kutai.html
sumber :http://budayakutim24.blogspot.co.id/2013/05/seni-tari-tari-hudoq-tari-hudoq-boleh.html
sumber: http://bacaterus.com/makanan-khas-kalimantan-timur/
sumber: http://budayakutim24.blogspot.co.id